Jejakdarah - Bayangkan sekelompok orang di jalan kota tua, menari tanpa henti selama berhari-hari. Tidak ada musik. Tidak ada pesta. Hanya tubuh yang bergerak tanpa kontrol, hingga akhirnya mereka pingsan, kejang, bahkan meninggal. Ini bukan adegan film horor. Ini adalah kejadian nyata yang terjadi di Strasbourg pada tahun 1518. Peristiwa ini dikenal sebagai The Dancing Plague — sebuah misteri sejarah yang masih membingungkan ilmuwan hingga hari ini.
Awal Mula Kejadian: Menari Tanpa Alasan
Semua bermula pada Juli 1518, di kota Strasbourg, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci (sekarang termasuk wilayah Prancis). Seorang wanita bernama Frau Troffea tiba-tiba keluar ke jalan dan mulai menari. Ia terus bergerak, tidak berhenti meskipun tidak ada musik. Orang-orang yang melihatnya awalnya mungkin berpikir ia hanya sedang bersenang-senang — namun keanehan segera terlihat saat ia terus menari berjam-jam tanpa istirahat, bahkan selama beberapa hari berturut-turut.
Dalam waktu seminggu, lebih dari 30 orang ikut terjangkit fenomena yang sama. Mereka menari tanpa alasan yang jelas, seolah tak bisa berhenti, seolah tubuh mereka bergerak sendiri tanpa kendali.
Makin Membesar: Ratusan Penari “Kesurupan”
Tak butuh waktu lama sampai jumlah penari bertambah menjadi 400 orang. Ya, empat ratus orang menari secara liar di jalanan kota selama berminggu-minggu. Menurut catatan sejarah, banyak dari mereka yang kemudian pingsan karena kelelahan, mengalami cedera otot parah, bahkan ada yang meninggal karena serangan jantung dan stroke. Bayangkan tubuhmu tidak bisa berhenti menari, otot menegang, jantung berdebar cepat, tapi kamu tidak bisa mengontrolnya.
Yang lebih aneh, warga sekitar dan bahkan pihak berwenang saat itu tidak melarang mereka menari. Alih-alih, mereka malah membangun panggung khusus, menyewa musisi, dan mendorong para penari untuk terus bergerak — dengan harapan bahwa tindakan itu akan menjadi "obat penyembuhan".
Tapi tentu saja, ide itu gagal total.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
The Dancing Plague bukan satu-satunya peristiwa semacam ini dalam sejarah Eropa. Beberapa catatan lain mencatat fenomena menari massal di tempat berbeda, seperti di Aachen tahun 1374. Namun, kasus Strasbourg adalah yang paling terkenal dan terdokumentasi.
Lalu, apa sebenarnya penyebab orang-orang ini menari tanpa henti?
1. Teori Keracunan Ergot
Beberapa ahli meyakini bahwa para penari mungkin telah keracunan jamur ergot yang tumbuh di gandum. Ergot ini mengandung senyawa halusinogen mirip LSD. Jika dikonsumsi lewat roti atau makanan lain, ergot bisa menyebabkan halusinasi, kejang, dan perilaku aneh — termasuk gerakan tubuh yang tidak terkendali. Namun, teori ini punya kelemahan: keracunan ergot biasanya membuat tubuh terlalu lemah untuk bergerak, bukan menari aktif selama berhari-hari.
2. Teori Penyakit Psikogenik Massal
Teori lain menyebutkan bahwa The Dancing Plague adalah bentuk dari histeria massal atau penyakit psikogenik massal. Kondisi ini terjadi ketika sekelompok orang mengalami gejala fisik karena stres psikologis, bukan karena infeksi atau zat kimia.
Strasbourg pada waktu itu memang sedang dilanda berbagai tekanan: kelaparan, penyakit, dan tekanan spiritual dari Gereja. Orang-orang mungkin sangat stres, putus asa, dan mencari bentuk “pelarian” — yang secara bawah sadar mengekspresikan dirinya lewat gerakan tubuh tak terkendali.
3. Teori Spiritual dan Kepercayaan Zaman Itu
Pada abad ke-16, banyak orang percaya pada konsep spiritual yang kuat, termasuk kutukan dan kekuatan santo pelindung. Salah satu tokoh yang sering dikaitkan dengan penyakit menari adalah St. Vitus, santo yang diyakini bisa menyembuhkan atau bahkan menyebabkan penyakit menari. Beberapa orang percaya bahwa fenomena ini adalah bentuk kerasukan atau hukuman dari St. Vitus karena dosa-dosa masyarakat.
Tindakan Pemerintah dan Gereja
Mengapa Kisah Ini Tetap Mengerikan Sampai Sekarang?
The Dancing Plague tetap menjadi salah satu misteri medis dan sosial paling menyeramkan dalam sejarah. Bukan hanya karena orang-orang meninggal karena “menari”, tetapi karena ia menunjukkan betapa kuatnya kekuatan psikologis dan kepercayaan kolektif terhadap tubuh manusia.
Bayangkan, satu orang yang mulai menari bisa memicu reaksi berantai hingga ratusan lainnya ikut terjebak — hanya karena kondisi masyarakat yang rapuh, stres, dan penuh tekanan. Tanpa obat. Tanpa musik. Hanya tubuh yang terus bergerak... sampai tak bisa lagi berdiri.
Kesimpulan: Tarian Kematian yang Masih Jadi Misteri
Meski telah berlalu lebih dari 500 tahun, The Dancing Plague 1518 tetap mengundang pertanyaan besar: apakah ini penyakit? Kutukan? Atau bukti bahwa pikiran manusia bisa menciptakan gejala fisik yang sangat nyata?
Apapun penyebabnya, peristiwa ini tetap menjadi salah satu catatan paling unik, menyeramkan, dan misterius dalam sejarah peradaban manusia. Sebuah pengingat bahwa terkadang, apa yang terjadi di dunia nyata bisa lebih horor daripada film horor paling menegangkan sekalipun.
0 Komentar